Assalamu Alaikum Wr.Wb. dan Salam Sejahtera....Selamat Datang di Indonesia Go Organik..Solusi Indonesia Hijau ..... Hijaukan Indonesia dengan Pertanian Terpadu Bebas Sampah .... Indonesia Integrated Farming Zero Waste...STOP GLOBAL WARMING

Selasa, 28 Juli 2009

Sun Tzu’s for entrepreneur strategic

Strategi Perang Dalam Bisnis


Oleh; H.Asrul Hoesein


Pertama kali penulis pada tahun 1979 membaca buku Seni Perang Sun Tzu (The Art of War) ini, belum begitu tertarik, karena hanya sebatas melihat judul dan sampul, itupun membacanya tdk terlalu mendalam. Namun setelah membaca satu judul strategi, ternyata semakin menarik untuk dipelajari lebih jauh karena falsafah atau strategi itu sudah menyentuh ke kehidupan sehari-hari, bukan cerita "perang" yang sesungguhnya di medan laga. Selanjutnya dalam penerapannya saya mencoba mengaplikasi ke bisnis dan organisasi karena merasakan bahwa falsafah Cina kuno ini tidak bertentangan dengan prinsif agama, namun kita harus cerdas dalam memaknai atau mengaflikasi strategi atau falsafah Sun Tzu, karena kalau tidak bisa keliru juga jadinya. Dalam strategi atau falsafah Sun Tzu itu banyak mengaflikasi “sabar” dan “etika” dalam versi Islam, mungkin dengan agama lain begitu pula.


‘Menang tanpa bertempur adalah yang terbaik’ ujar Sun Tzu. Baginya, perang adalah sama tuanya dengan kehidupan itu sendiri. Seraplah strategi Sun Tzu dan Anda dapat menyingkirkan semua buku kontemporer tentang manajemen kepemimpinan.


Perang adalah masalah yang amat penting bagi Negara;

masalah hidup dan mati, jalan menuju ke kejayaan atau kehancuran.

Oleh karena itu, perang harus dipelajari masak-masak

(Sun Tzu, Seni Perang)


Sedikit Ilustrasi Tentang Sun Tzu > Seni Perang (The Art of War), yang dihimpun dan disusun oleh filsuf –pejuang misterius Cina yang hidup lebih dari 2500 tahun silam, atau 500 tahun sebelum kelahiran Kristus dan menjadi buku yang paling laris di zaman modern ? Mengapa pelatih, professor, dan eksekutif bisnis membaca The Art of War karangan Sun Tzu? Karena tampaknya masih dianggap sebuah sebagai strategi yang paling bergensi dan berpengaruh di dunia hingga dewasa ini. Banyak dipelajari kalangan politikus, pengusaha sampai dengan eksekutif modern Asia, juga pemimpin militer,industri serta pakar strategi selama lebih dari dua millennium terakhir ini.

Jepang misalnya, yang mengalami perubahan dari sebuah budaya feudal menjadi budaya korporat dalam tempo relative singkat, kelompok pembelajar kontemporer Seni Perang telah menerapkan strategi kalsik kuno ini dalam pelbagi kegiatan politik dan bisnis modern. Tentu saja banyak yang melihat kesuksesan Jepang pasca-perang ini sebagai sebuah illustrasi dari dictum Sun Tzu, “ Menang tanpa bertempur adalah yang terbaik (To win without fighting is best)”

Sebagai sebuah study tentang anatomi berbagai organisasi yang sedang mengalami konflik disetiap tataran, mulai dari hubungan antarpribadi, bisnis hingga internasional. Tujuannya adalah menjadi yang tak terkalahkan, meraih kemenangan tanpa pertempuran, dan menjadi kekuatan yang tidak bias diserang melalui upaya pemahaman asfek fisik, politik, dan psikologi konflik.

Apa aplikasi marketing-pemasaran dari kebijaksanaan abadi yang ditemukan dalam karya klasik ini ? The Art of War diakui sebagai inti yang dikonsentrasikan dari strategi untuk memenangkan perang. Dalam prinsip Sun Tzu dijumpai pondasi untuk memahami prinsip strategis dari marketing-pemasaran modern. The Art of War merupakan batu landasan bagi strategi militer dan strategi bisnis di dunia timur. Dewasa ini lebih selusin terjemahan karya kuno ini dalam bahasa Inggris begitu pula The Art of War dapat dijumpai dalam hamper setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia.

Dasar ajaran dari falsafah Sun Tzu adalah bahwa bila strategi Anda mmpunyai dasar yang kuat, Anda akan menang-dan bila Anda mempunyai strategi yang benar-benar hebat, Anda akan menang tanpa bertempur. Ajaran dari Timur ini menekankan pada mengatasi lawan Anda dengan kebijaksanaan strategi yang berbeda jauh dari strategi menurut ajaran Barat, yang menekankan pada tindakan (berjuang dalam pertempuran besar) sebagai cara untuk menang.

Kekuatan dari The Art of War bagi manajer kontemporer adalah kesederhanaannya. Ditulis dengan susah payah diatas lembaran-lembaran bambu, Sun Tzu harus membuat setiap pikiran penuh arti. Tidak ada yang amat rumit mengenai perang di masa Sun Tzu. Kalau perlu perang, perang dimenangkan karena mengetahui sesuatu sebelum terjadi, perhitungan dan maneuver. Kesederhanaan dari strategi kuno inilah yang membantu dalam membuat transisi dari pelajaran dimasa lalu menjadi rencana di masa depan.


Sangat sederhanalah ucapan Sun Tzu, tetapi sangat luas; singkat, tetapi mendalam. Kekuatan dari konsep ini amat luas. Konsep ini dapat diterapkan sam baiknya pada politik, bisnis, dan kehidupan sehari hari. Untuk menang kita memerlukan kekuatan Sun Tzu luar bias yang diterapkan dalam gebrakan yang waktunya dihitung dengan tepat untuk mengembangkan momentum yang dahsyat.


Banyak orang telah salah menilai dari pelajaran falsafah atau strategi Sun Tzu, karena merka hanya melihat secara atau dari kulit luar saja (sampul), bahwa Sun Tzu identik dengan perang, tentu “perang” semua orang benci, padahal kita saja sebenarnya hidup dalam perang melawan diri sendiri, misalnya kenapa kita mandi karena kita berperang dengan kekotoran, dan seterusnya. Kalau pemikiran sempit dalam menghadapi falsafah Seni Perang Sun Tzu dari kulitnya saja maka bias jadi kehilangan kesempatan untuk belajar banyak dari falsafah seorang ahli strategi yang bernama Sun Tzu ini. Oleh karena itu Seni Berperang Sun Tzu tidak perlu dipahami sebagai falsafah atau strategi negative. Sebaliknya strategi ini bias bernilai positif. Agar bermakna positif, seorang perlu memiliki pikiran yang terbuka. Saat membaca tulisan ini (atau buku naskah asli Sun Tzu yang lain), ia harus cerdas dalam mengganti sejumlah kata yang tampak bermakna negative. Misalnya kata “musuh” Bila Anda menjumpai kata ini, Anda jangan berpikir bahwa “musuh” adalah seseorang atau kelompok yang harus di waspadai. Atau “musuh” akan membahayakan bila Anda tidak mewaspadainya. Sebaliknya, Anda bias mengganti kata itu dengan “orang/kelompok yang Anda layani” Dengan demikian, hakekat “musuh” dalam falsafah Sun Tzu ini bias Anda ganti dengan atasan Anda, pegawai Anda, rekan-rekan Anda, para pelanggan Anda, pasangan hidup Anda, orang tua Anda, anak-anak Anda. Dan seterusnya.

“Dalam ratusan pertempuran, bilaAnda mengenal diri Anda dan

musuh Anda, Anda tidak akan pernah takut terhadap hasilnya”


Kutipan tersebut bisa diaktualisasikan dengan kalimat sbb ;


“Dalam ratusan kesempatan, bila

Anda mengenal diri Anda dan Orang yang sedang

Anda hadapi, Anda tidak akan pernah merisaukan hasilnya”


Dalam tulisan berikut, karena Sun Tzu setidaknya mempunyai falsafah atau strategi sekitar 12 (dua belas) strategi (penjelasan dengan judul) dan 8 (delapan) strategi (penjelasan tanpa judul), penjelasan tanpa judul ini sering dikenal sebagai Buku Seni Perang Sun Tzu yang hilang atau judul bab yang hilang, delapan judul yang hilang ini akan penulis bahas secara khusus dalam sebuah resume. Selanjutnya Insya Allah pembaca bisa kembali berkunjung ke Blog ini. Bila ada pertanyaan atau komentar silakan titip di bagian komentar tulisan ini, penulis dengan senang hati akan menanggapi sesuai pemahaman penulis yang terbatas ini tentang falsafah atau strategi Cina kuno ini. Sukses Anda kami ikut bangga.


Dari penerapan strategi dan falsafah tersebut diatas penulis akan focus pada dua hal yaitu penerapan strategi Sun Tzu dalam aplikasi Pemasaran & Penjualan secara umum, tulisan ini hanya merupakan sebuah pengantar ringan tentang apa dan bagaimana strategi perang (bisnis) versi Sun Tzu. Kami menyajikan karya ini tidak dengan kenyakinan bahwa bisnis itu adalah perang, melainkan bahwa kita dapat menemukan aplikasi bisnis yang bermanfaat dalam study mengenai strategi militer. Kebijaksanaan dari orang Cina kuno adalah lebih mengenai cara untuk menghindari perang (strategi) dari pada mengobarkan perang. Dari pelajaran tunggal ini, kita hanya mengetahui apa yang harus dilakukan, bukan cara melakukannya. Untuk menjadi seorang ahli, kita harus menjadi siswa (belajar) lebih dahulu. Kami selalu berharap Anda terus sukses. Sukses Anda dalam menerapkan kebijaksanaan kuno, falsafah atau strategi Sun Tzu ini adalah sukses kita...... Ikuti terus Analisa Strategi/Falsafah Sun Tzu di Blog saya ini......Sobat2 terima kasih semuanya....Amin


Catatan :

Dalam tulisan selanjutnya, kami akan menampilkan resume dari falsafah atau strategi Sun Tzu Strategies for Marketing & strategi Sun Tzu Strategies for Selling by Gerald A.Michaelson & Steven W. Michaelson.....Pustaka : Sun Tzu The Art of War, Thomas Cleary-2002,Sun Tzu Applying, Khoo Kheng Hor, 2003, Sun Tzu Strategies for Marketing, 2003. Triasakti_Tanimitra,Makassar.Indonesia


Masukkan Email Anda di SINI:

Berlangganan Postingan GRATIS by Email

Recomended

Our Blogger Templates

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP